Selasa, 24 Maret 2015



Riset Pasar mengenai Peran Institusi Sosial dalam Menonton Sebuah Film


1.   Introduksi
Film merupakan ladang bisnis yang cukup menjanjikan sejak permulaan pembuatannya hingga sekarang. Film merupakan bentuk media audio visual, berbentuk gambar hidup yang memilki nilai seni yang populer karena fungsinya untuk menghibur bahkan untuk berbisnis. Menurut Cangara, pengertian sempit dari film adalah penyajian gambar lewat layar lebar (1998: 138). Film dalam proses perkembanganannya menjadi salah satu bagian dari kehidupan sosial yang tentu saja memiliki dampak bagi para penontonnya. Karena memiliki dampak secara sosial, penulis ingin mangetahui dari faktor sosial apakah yang mempengaruhi penonton menyaksikan film yang mereka sukai. Penulis mencoba menghubungkannya dengan konsep-konsep dari Institusi sosial. Menurut Sunarto, macam-macam institusi sosial antara lain institusi keluarga, institusi pendidikan, institusi agama, institusi ekonomi, dan institusi politik (2004: 61). 

2.      Rumusan masalah
Institusi apakah yang lebih mempengaruhi penonton film?

3.      Metode Penelitian
Penulis memilih metode penelitian kuantitatif dengan cara survei ke lapangan. Survei dilakukan pada tanggal 23 Maret 2015 pukul 13.00 hingga selesai. Lokasi survei dilaksanakan di wilayah Jalan Babarsari. Obyek penelitian merupakan masyarakat sekitar Babarsari.  Jumlah populasi yang penulis kumpulkan terdapat 45 orang. Instrumen penelitian dengan kuesioner.

4.      Hasil penelitian
Keterangan Tabel 1:

Pertanyan nomor satu mengenai “Saya menonton film tersebut karena ajakan dari keluarga saya” mewakili dari institusi keluarga. Jumlah responden yang menjawab setuju berjumlah tujuh responden, yang menjawab tidak berpendapat berjumlah enam responden, dan yang menjawab tidak setuju berjumlah tiga puluh dua responden.

Keterangan Tabel 2:

Berikut ini adalah keterangan mengenai jumlah responden yang menjawab pertanyaan “Saya menonton film tersebut karena mendidik” dan pertanyaan tersebut mewakili institusi pendidikan. Jumlah responden yang menjawab setuju berjumlah dua puluh tiga responden, yang menjawab tidak berpendapat berjumlah tiga belas responden, dan yang menjawab tidak setuju berjumlah sembilan orang.

Keterangan Tabel 3:

Berikut ini  adalah keterangan mengenai jumlah responden yang menjawab pertanyaan “Saya menonton film tersebut karena sesuai dengan ajaran agama yang saya anut” mewakili institusi agama. Jumlah responden yang menjawab setuju berjumlah delapan responden, yang menjawab tidak berpendapat berjumlah sembilan belas responden, dan yang menjawab tidak setuju berjumlah delapan belas responden.

Keterangan Tabel 4:

Berikut ini adalah keterangan jumlah responden menurut pertanyaan “Saya menonton film tersebut karena memberi saya inspirasi dan keuntungan untuk berbisnis” yang mewakili institusi ekonomi. Jumlah responden yang memilih jawaban setuju berjumlah delapan belas responden, yang menjawab tidak berpendapat berjumlah dua belas responden, dan yang menjawab tidak setuju berjumlah lima belas responden. 

Keterangan Tabel 5:

Berikut ini adalah keterangan jumlah responden menurut pertanyaan “Saya menonton film tersebut karena menginspirasi saya untuk menjadi seorang pemimpin”. Jumlah responden yang memilih jawaban setuju berjumlah dua puluh dua responden, yang memilih jawaban tidah berpendapat berjumlah lima belas responden, dan yang memilih jawaban tidak setuju berjumlah delapan responden.

5.      Kesimpulan
Berdasarkan keseluruhan data yang penulis dapatkan, pertanyaan yang lebih banyak memilih setuju yaitu pertanyaan Saya menonton film tersebut karena mendidik” yang mewakili istitusi pendidikan. Dapat dipersempit pula bahwa institusi pendidikan yang lebih banyak berperan atau mempengaruhi penonton untuk menyaksikan film. Film dapat menjadi bagian dari institusi pendidikan karena ada didikan yang secara langsung mauapun tidak langsung diajarkan. Jenis institusi pendidikan menurut Sunarto (2004: 66) terdiri dari pendidikan formal, informal, dan non-formal. Pendidikan formal memiliki contoh seperti pendidikan dari jenjang prasekolah hingga pendidikan tinggi, seperti sekolah hingga perguruan tinggi. Jenis kedua yaitu informal yang memiliki contoh keluarga atau media massa. Pendidikan non-formal memiliki contoh yaitu kursus. 
6.      Daftar Pustaka
Singarimbun, Masri., Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t15140.pdf, diakses pada tanggal 24 Maret 2015.

Oleh: Brendha Gebby P (131004986)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar