Riset Pasar
mengenai Peran Institusi Sosial dalam Menonton Sebuah Film
1. Introduksi
Film merupakan ladang bisnis yang cukup
menjanjikan sejak permulaan pembuatannya hingga sekarang. Film merupakan bentuk
media audio visual, berbentuk gambar hidup yang memilki nilai seni yang populer
karena fungsinya untuk menghibur bahkan untuk berbisnis. Menurut Cangara, pengertian
sempit dari film adalah penyajian gambar lewat layar lebar (1998: 138). Film dalam
proses perkembanganannya menjadi salah satu bagian dari kehidupan sosial yang
tentu saja memiliki dampak bagi para penontonnya. Karena memiliki dampak secara
sosial, penulis ingin mangetahui dari faktor sosial apakah yang mempengaruhi penonton
menyaksikan film yang mereka sukai. Penulis mencoba menghubungkannya dengan
konsep-konsep dari Institusi sosial. Menurut Sunarto, macam-macam institusi
sosial antara lain institusi keluarga, institusi pendidikan, institusi agama,
institusi ekonomi, dan institusi politik (2004: 61).
2.
Rumusan masalah
Institusi apakah yang
lebih mempengaruhi penonton film?
3.
Metode Penelitian
Penulis
memilih metode penelitian kuantitatif dengan cara survei ke lapangan. Survei
dilakukan pada tanggal 23 Maret 2015 pukul 13.00 hingga selesai. Lokasi survei
dilaksanakan di wilayah Jalan Babarsari. Obyek penelitian merupakan masyarakat
sekitar Babarsari. Jumlah populasi yang
penulis kumpulkan terdapat 45 orang. Instrumen penelitian dengan kuesioner.
4.
Hasil penelitian
Keterangan
Tabel 1:
Pertanyan nomor satu mengenai “Saya menonton film tersebut
karena ajakan dari keluarga saya” mewakili dari institusi keluarga. Jumlah
responden yang menjawab setuju berjumlah tujuh responden, yang menjawab tidak
berpendapat berjumlah enam responden, dan yang menjawab tidak setuju berjumlah
tiga puluh dua responden.
Keterangan Tabel 2:
Berikut
ini adalah keterangan mengenai jumlah responden yang menjawab pertanyaan “Saya menonton film tersebut
karena mendidik” dan pertanyaan tersebut mewakili institusi pendidikan.
Jumlah responden yang menjawab setuju berjumlah dua puluh tiga responden, yang
menjawab tidak berpendapat berjumlah tiga belas responden, dan yang menjawab tidak
setuju berjumlah sembilan orang.
Keterangan Tabel 3:
Berikut
ini adalah keterangan mengenai jumlah
responden yang menjawab pertanyaan “Saya menonton film tersebut karena sesuai dengan ajaran agama yang saya
anut” mewakili institusi agama. Jumlah responden yang menjawab setuju
berjumlah delapan responden, yang menjawab tidak berpendapat berjumlah sembilan
belas responden, dan yang menjawab tidak setuju berjumlah delapan belas
responden.
Keterangan Tabel 4:
Berikut
ini adalah keterangan jumlah responden menurut pertanyaan “Saya menonton film tersebut
karena memberi saya inspirasi dan keuntungan untuk berbisnis” yang
mewakili institusi ekonomi. Jumlah responden yang memilih jawaban setuju
berjumlah delapan belas responden, yang menjawab tidak berpendapat berjumlah
dua belas responden, dan yang menjawab tidak setuju berjumlah lima belas
responden.
Keterangan Tabel 5:
Berikut
ini adalah keterangan jumlah responden menurut pertanyaan “Saya menonton film tersebut
karena menginspirasi saya untuk menjadi seorang pemimpin”. Jumlah responden
yang memilih jawaban setuju berjumlah dua puluh dua responden, yang memilih
jawaban tidah berpendapat berjumlah lima belas responden, dan yang memilih
jawaban tidak setuju berjumlah delapan responden.
5.
Kesimpulan
Berdasarkan keseluruhan data yang penulis dapatkan,
pertanyaan yang lebih banyak memilih setuju yaitu pertanyaan “Saya menonton film tersebut
karena mendidik” yang mewakili istitusi pendidikan. Dapat dipersempit
pula bahwa institusi pendidikan yang lebih banyak berperan atau mempengaruhi
penonton untuk menyaksikan film. Film dapat menjadi bagian dari institusi pendidikan
karena ada didikan yang secara langsung mauapun tidak langsung diajarkan. Jenis
institusi pendidikan menurut Sunarto (2004: 66) terdiri dari pendidikan formal,
informal, dan non-formal. Pendidikan formal memiliki contoh seperti pendidikan
dari jenjang prasekolah hingga pendidikan tinggi, seperti sekolah hingga
perguruan tinggi. Jenis kedua yaitu informal yang memiliki contoh keluarga atau
media massa. Pendidikan non-formal memiliki contoh yaitu kursus.
6.
Daftar Pustaka
Singarimbun, Masri., Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t15140.pdf,
diakses pada tanggal 24 Maret 2015.
Oleh: Brendha Gebby P (131004986)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar